Dinsdag 16 Junie 2015

Ayat bacaan: 2 Samuel 8:14b
======================
"TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke manapun ia pergi berperang."

Hidup ini sungguh penuh perjuangan. Hampir di seluruh lini kehidupan kita harus berjuang untuk mencapai keberhasilan. Orang rela belajar berpuluh-puluh tahun untuk kemudian bisa mencapai sukses. Jika anda ingin bisa memetik hasil, anda harus menanam terlebih dahulu dan memupuk, mengurusinya selama bertahun-tahun terlebih dahulu. Seringkali di tengah perjuangan itu kita akan menghadapi hambatan-hambatan. Ada berbagai pergumulan yang harus kita hadapi dalam prosesnya dan itu bisa jadi tidak mudah. Kita berperang melawan hawa nafsu, melawan keinginan-keinginan daging yang terus berusaha menguasai dan menyesatkan kita. Kita juga menghadapi peperangan melawan roh-roh jahat di udara. Saya sering menyebutkan bahwa hidup ini adalah sebuah medan peperangan. Life is a battlefield. Semua berperang, namun tidak semua bisa keluar menjadi pemenang. Ada banyak orang yang tidak bisa terlepas dari pergumulannya, dari kebiasaan buruknya atau dari berbagai kesesatan yang tidak berkenan bagi Tuhan. Ada banyak orang yang jatuh bangun, terus berusaha untuk bangkit namun lagi-lagi gagal. Karena itu kita perlu belajar dari orang yang memiliki banyak pengalaman akan keberhasilan. Salah satu tokoh yang hidupnya penuh dengan kemenangan adalah Daud. Hari ini mari kita belajar dari Raja Israel besar ini.

Dalam 2 Samuel 8 kita melihat serangkaian kemenangan yang diperoleh Daud dengan gemilang. Daud memukul kalah orang Filistin (ay 1), mengalahkan orang Moab (ay 2), menundukkan raja Hadadezer raja Zoba di hulu sungai Efrat (ay 3), daripadanya menangkap 1700 tentara berkuda dan 20.000 pasukan berjalan kaki (ay 4), menumpas orang Aram yang hendak menolong Hadadezer sejumlah puluhan ribu orang (ay 5-6), dan dalam perjalanan pulang ia kembalimengalahkan 18.000 orang Edom di Lembah Asin. (ay 13). Lihatlah serangkaian kemenangan yang diperoleh Daud. Tidak sekalipun disebutkan disana bahwa ia kalah. Apakah itu karena kehebatan Daud? Apakah ia kita kenal sebagai ahli strategi perang? Apakah karena persenjataan Daud memiliki teknologi muktahir yang jauh di atas musuh-musuhnya? Bukan itu yang disebutkan alkitab sebagai alasannya. Alkitab berkata bahwa kemenangan-kemenangan Daud itu bukan karena kuat dan hebatnya Daud, tetapi karena pemberian Tuhan. "TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke manapun ia pergi berperang." (2 Samuel 8:6b, 14b). Dua kali kalimat ini diulangi, menunjukkan penekanan bahwa keberhasilan Daud adalah berkat penyertaan Tuhan dalam setiap peperangan yang ia hadapi.

Bagaimana Daud bisa mendapat penyertaan Tuhan seperti itu yang membuatnya berhasil dalam setiap peperangan? Kita bisa melihat penyebabnya dalam Mazmur 60. Mazmur 60 menuliskan apa yang dilakukan Daud sebelum ia berperang melawan orang Aram dan Edom seperti yang tertulis pada 2 Samuel 8 di atas. Mazmur 60:1-12 mencatat bagaimana bentuk doa Daud memohon belas kasih Tuhan untuk memberinya kemenangan. Demikian bunyi doa Daud: "Supaya terluput orang-orang yang Kaucintai, berikanlah keselamatan dengan tangan kanan-Mu dan jawablah kami!...Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia. Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita." (ay 7, 13-14). Daud tahu benar bahwa usaha manusia semata hanyalah akan sia-sia. Daud tahu bahwa kunci kemenangan hanya ada apabila Tuhan menyertainya, apabila Tuhan yang ikut berperang dan Dia lah yang akan mengalahkan musuh kita, sehingga kita bisa memperoleh kemenangan demi kemenangan yang gemilang. Daud adalah raja Israel, dia adalah pemimpin pasukan, dia orang hebat. Tapi di hadapan Tuhan, Daud merendahkan dirinya. Dia melepas segala atribut kekuasaan dunia yang ia miliki dan selalu tampil polos seperti halnya anak kecil di hadapan Tuhan. Dia tidak mengandalkan kekuatannya dalam peperangan, tapi justru melepaskannya dan berserah secara penuh kepada Tuhan. Itulah kunci yang membuat Daud berhasil dalam segala peperangan. Tidakkah ini terbalik dengan kita, yang seringkali hanya mengandalkan kekuatan kita saja dalam menghadapi segala sesuatu? Tuhan akan jadi alternatif terakhir, ketika semua usaha kita sudah mentok. Kita terbiasa cenderung mengandalkan kuat dan hebatnya manusia, padahal Daud sudah mengatakan semua itu hanya akan mengarah kepada hasil yang sia-sia. Seharusnya Tuhan-lah yang ditempatkan di depan. Itu yang dilakukan Daud, dan kita bisa menyaksikan hasilnya. Daud memperoleh rangkaian kemenangan, sebab "TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke manapun ia pergi berperang."

Sekali lagi, Daud adalah raja besar Israel, bahkan dikatakan juga sebagai raja terbesar Israel. Tapi dia tidak memegahkan dirinya di hadapan Tuhan. Hampir di sepanjang kitab Mazmur kita melihat bagaimana keintiman Daud kepada Tuhan, bagaimana ia tunduk dan menyerahkan segala hidupnya kepada Tuhan. Ia sosok yang penuh kharisma dan luar biasa, namun di hadapan Tuhan ia menempatkan dirinya tidak lebih dari anak kecil. Lihatlah bagaimana tingkah laku Daud ketika ia membawa tabut Allah ke Yerusalem. "Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan." (2 Samuel 6:14). Yang menari-nari ini bukanlah orang biasa, bukan orang yang tidak terkenal, tapi ini adalah Daud, raja Israel! Ketika ia berurusan dengan Tuhan, ia tidak peduli apakah orang akan menertawakannya, atau bahkan memandang rendah dirinya seperti pandangan Mikhal anak Saul ketika melihat Daud menari dan meloncat-loncat di hadapan Tuhan (ay 16). Ia mempersembahkan dirinya secara polos kepada Tuhan, seperti seorang anak kecil di hadapan orang tuanya. Seperti itulah gambaran perilaku Daud di hadapan Tuhan, dan oleh sebab itulah Tuhan berkenan kepadaNya dan menganugerahkan kemenangan demi kemenangan dalam peperangan.

Raja besar tapi berperilaku seperti anak kecil ketika berada di hadapan Tuhan. Norak? Memalukan? Mungkin demikian dari pemikiran duniawi, tapi sesungguhnya Tuhan menginginkan kita untuk meneladani perilaku anak kecil ketika berhadapan denganNya. Yesus sendiri mengatakan demikian. "Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." (Markus 10:14-15). Bersikaplah seperti anak kecil, sebab yang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah! Seperti apa perilaku anak kecil yang berkenan itu? Lihatlah bagaimana reaksi anak kecil yang menyenangkan hati kita. Keluguan dan kepolosan mereka, bagaimana mereka tidak menutupi keriangan ketika menyambut kita pulang. Rasa lelah bekerja seharian pun bisa hilang ketika anak-anak kita berlari dengan ceria, penuh tawa memeluk kita di pintu. Anak kecil tidak sibuk menjaga imagenya, mereka tampil apa adanya dan selalu bergantung kepada orang tuanya. Mereka akan selalu merasa aman apabila ada di dalam dekapan orang tuanya. Semua itu merupakan ciri-ciri anak kecil yang harus bisa kita teladani ketika kita berhadapan dengan Allah, Bapa kita yang penuh kasih.

Peperangan demi peperangan akan terus kita hadapi. Ada yang mudah tapi banyak pula yang sulit. Setiap saat kegagalan bisa mengintip, setiap saat kita bisa dikalahkan. Tapi Tuhan sudah menjanjikan kemenangan, dan kita bisa melihat kunci untuk memperolehnya melalui apa yang dilakukan oleh Daud. Daud tidak mengandalkan kekuatannya, kehebatannya, ketenarannya, kharismanya, namun ia sepenuhnya mengandalkan Tuhan. Ia merendahkan dirinya secara total karena ia tahu semua itu tidak akan ada gunanya jika tidak memiliki penyertaan Tuhan dalam hidup. Tuhan ingin kita menyambutNya seperti sikap seorang anak kecil. Tuhan ingin kita bergantung sepenuhnya kepadaNya seperti anak kecil yang mengandalkan orang tuanya. Tuhan ingin kita bersikap polos, jujur apa adanya ketika berhadapan denganNya. Ini semua yang akan membawa kita kepada berbagai kemenangan, bukan kekuatan atau kepintaran dan kehebatan diri kita sendiri atau manusia lainnya. Belajarlah dari Daud agar kita bisa memperoleh hasil gemilang dari setiap peperangan yang kita hadapi. 


1 Samuel 17:1-54 Dalam kehidupan ini, kita menghadapi banyak ‘Goliat'. Misalnya: tagihan yang tidak terbayar, orang yang tak bisa disenangkan, kebiasaan yang sulit diubah, kegagalan yang tak terlupakan, masa depan yang tak menentu. 
Namun seperti Daud, Anda dapat menghadapi ‘raksasa’ Anda, meskipun Anda bukan orang yang terkuat, tersiap, ataupun terkudus. Daud. Ia jatuh sesering ia berdiri, tersandung sesering ia menang. Kisah kehidupan Daud dengan segala dinamika pergumulannya yang diungkapkan dalam buku akan menginspirasi Anda. Tuhan yang sama yang menolongnya juga akan menolong Anda. 

Siapakah Goliad?
 
• 1 Samu. 17:4-7, 33. • Pendekar Filistin (4) • Keturunan raksasa dari Gat (4) • Tinggi: 2,97 m (4) • Pakaian: Baju zirah bersisik (berat: 56,7 kg), Ketopong tembaga, Penutup kaki tembaga (5-6) • Senjata: Lembing/tombak tembaga (berat mata tombak: 6,8 kg), perisai (6-7), pedang (45) • Prajurit sejak masih muda (33) 

Rekfleski
 
Apa masalah terbesar yang Anda hadapi saat ini? Goliat apa yang sedang menatap wajah Anda, yang mencela Anda dan menantang Allah untuk menolong Anda? • Penolakan, Kegagalan, Depresi • Hubungan yang retak • Tagihan yang tidak dapat Anda bayar • Kebiasaan buruk yang tidak dapat Anda tolak • Masa lalu yg tidak dapat Anda hapus • Masa depan yang tidak dapat Anda hadapi, dll. • Selama 40 hari, dua kali sehari, pagi dan petang, raksasa Filistin itu menantang pasukan Israel! • Raksasa Anda juga melakukan hal yang sama. Pikiran pertama di pagi hari. • Kecemasan terakhir di malam hari. • Goliat Anda menguasai hari-hari dan menyusupi kegembiraan Anda. • Ketika Saul dan pasukannya mendengar tantangan orang Filistin, mereka ketakutan dan kehilangan harapan. (17:11, The Message) 

Siapakah Daud?
 
• Anak bungsu dari Efrata, Betlehem-Yehuda (12) • Gembala domba (15) • Pakaian: Tidak dapat berjalan dengan baju perang, kemudian menanggalkannya (39) • Belum pernah mencoba baju perang (39) • Senjata: tongkat, lima batu licin, umban (40) • Masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya (42) 

Pertanyaan perenungan
 
Apakah yang membedakan Daud dengan orang Israel lainnya? Apakah kunci kemenangan Daud? 
KUNCI #1 Daud mengenal Allah secara pribadi, bukan sekadar tahu tentang Allah. Orang-orang yang mengenal Tuhan: • Memiliki keyakinan yang besar untuk mengandalkan Tuhan (17:34-37). • Memiliki hasrat yang besar untuk memuliakan Tuhan (17:46-47). • Memiliki keberanian yang besar untuk bertindak bagi Tuhan (17:48). Salah satu hal yang membuat kita tidak mengenal Allah secara mendalam adalah karena kita tidak terlalu berani mempercayai janji-Nya untuk memikul beban-beban kita. Mengenal Allah bukan sekadar melibatkan pemahaman, tetapi juga melibatkan pengalaman berjalan bersama Dia dalam menghadapi ‘raksasa-raksasa’ tantangan dan kesulitan hidup. 

KUNCI #2 Daud lebih memusatkan perhatiannya kepada Allah, bukan pada masalah. 
Kata-kata pertama Daud mengenai situasi ini. Para prajurit tidak menyebut apa pun tentang Dia. Kakak-kakaknya tidak pernah menyebutkan nama-Nya. Daud tampil untuk berbicara tentang Allah yang hidup - ay. 26. Kata-kata Daud ketika bertemu dengan Raja Saul. Tidak ada obrolan tentang petempuran atau pertanyaan tentang perimbangan kekuatan. Hanya pernyataan tentang kuasa Allah dan pengalaman pribadi bersama-Nya - ay. 34-37. Kata-kata Daud ketika bertemu dengan Goliat. Tidak ada seorang pun yang berbicara tentang Allah. Daud tidak membicarakan pribadi lain kecuali Allah - ay. 45-47. 

Hanya ada dua pengamatan dan komentar Daud mengenai Goliat. Keduanya sangat sinis: ay. 26, 36. Ada sembilan petunjuk dan komentar Daud mengenai Allah. Daud lebih memusatkan pikirannya kepada Allah: ay. 26, 36, 45-47. Lebih dari sekadar “Daud vs Goliat”, kisah ini merupakan pertentangan antara “fokus kepada Allah vs fokus kepada raksasa”. 


Fokus kepada Allah Fokus kepada raksasa 9 2 Kasih karunia Allah Kesalahan Anda Daftar berkat Allah Daftar keluhan Anda Harapan Ketakutan Kekuatan Allah Tuntutan hidup Anda Fokus pada raksasa: Anda akan tersandung. Fokus pada Allah: Raksasa akan tumbang. REFLEKSI Bagaimana Anda dapat mulai memusatkan perhatian kepada Allah—pada kuasa, hikmat, dan kemuliaan-Nya—dan mengalihkan perhatian dari Goliat? 


Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya.(17:40) Ambillah lima batu, buatlah lima keputusan: 


1. Batu Pengalaman (PAST) Ingat kembali kemenangan-kemenangan yang Allah berikan pada masa lalu (1Sam 17:34-36). “Tuliskanlah kecemasan Anda hari ini di atas pasir. Pahatlah kemenangan-kemenangan kemarin di atas batu.” 


2. Batu Doa (PRAYER) Bagaimana Daud sebagai buronan mampu bertahan hidup di gua-gua? (Mzm 57:1b-3) “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” (Yes 26:3). 


“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” FILIPI 4:6-7. 


3. Batu Prioritas (PRIORITY) Daud memiliki prioritas tertingginya: menjaga kemuliaan nama Allah (1Sam 17:46-47).“Anggaplah pergumulan Anda sebagai kanvas Allah. Di atas kanvas itu Dia akan melukiskan supremasi-Nya yang beraneka warna.” 


4. Batu Pandangan (PERSPECTIVE) Daud berlari menyongsong, bukan manjauhi raksasanya (1Sam 17:48). “Di hadirat Tuhan, kita dapat melihat semua permasalahan dalam ukuran dan proporsi yang sebenarnya.” 


5. Batu Ketekunan (PERSEVERANCE) Terus bertekun dalam keempat hal sebelumnya. Daud juga harus menghadapi saudara-saudara Goliat yang juga bertubuh raksasa (2Sam 21:16-22). Angkatlah matamu, penakluk ‘raksasa’! Allah yang membuat titik balik bagi Daud siap melakukannya untuk Anda.